Sebuah
Kisah Sederhana
Karya:
Bunga Fitria Samba
S
|
aat Aku mulai melupakan lelaki itu, Kau datang
menawarkan sejuta kehangatan akan cinta. Membuatku kembali percaya bahwa cinta
itu masih ada untukku. Melupakan sejuta kesakitan yang timbul karena cinta. Membuatku
kembali percaya bahwa masih ada orang yang bisa menggantikan posisi lelaki itu.
Aku mengenalmu dari Dia. Dia yang
selalu bercerita tentangmu. Segala kenyamanan yang kau berikan kepada Dia. Dia
yang terkadang tak mendapatkan perhatian dari kekasihnya. Kehangatan dan
kenyamanan yang tak Dia dapatkan dari kekasihnya. Aku mengenalnya sejak 9 tahun
lalu. Sembilan tahun kami menjalani hari-hari sebagai seorang sahabat.
Persahabatan kami tidak hanya sekedar it, orang tua kami pun saling mengenal.
Aku dan Dia sudah layaknya seperti saudara. Aku senang mendengarnya selalu
bercerita tentangmu. Pernah sekali Aku melihat fotomu di sebuah jejaring sosial
bersama kekasihmu. Ya, kekasihmu.
Dari cerita yang aku dengar darinya,
Kau dan Dia memiliki kisah cinta yang sama. Kau yang tak mendapatkan kehangatan
dan perhatian dari kekasihmu. Begitupun dengannya. Kau sudah menjalin hubungan
bersama kekasihmu lebih dari satu tahun. Namun, hubungan kalian dihalangi oleh
jarak, antara Jakarta-Bogor.
Tempat ini menjadi awal pertemuan
kita. Aku masih ingat tempat duduk yang kita tempati. Tempat ini menjadi awal
dari segalanya mengenai kisah cinta kita. Hari itu, Dia mengajakk untuk bertem
di sebuah café ternama. Saat itu ada Aku, Kau, Dia, dan kekasihnya. Kekasihnya
adalah sahabat baikmu, seperti aku dengannya.
Saat itu kita berbincang seputar
kegiatanmu sambil Kau memutar bola basket kesayanganmu. Dalam hati Aku berkata,
“Ternyata Kau yang selama ini selalu dibicarakan oleh sahabatku.” Aku melirik
kearah sahabatku yang duduk tepat di sampingku. Ia hanya melirik sambil
tersenyum penuh teka-teki. Aku mengerti maksudnya. Aku bertanya banyak kepadamu
saat itu. Pertanyaan seputar lelaki itu. lelaki yang dulu pernah mengisi hari-hariku,
yang ternyata sekelas denganmu. Kau bercerita banyak tentangnya. Aku nyaman
berbincang lama denganmu. Mendengarkan setiap kata yang terlontar dari mulutmu.
Sahabatmu, kekasihnya selalu menggodaku denganmu. Namun, Aku tak
mempedulikannya. Aku tahu bahwa sahabatku diam-diam memperhatikanmu dengan seksama.
Dia menyukaimu. Aku tahu Dia telah memiliki kekasihnya yang saat ini duduk di
depannya. Namun, siapa yang tahu kapan cinta itu datang dan kepada siapa cinta
itu datang.
Kami melanjutkan perjalanan ke
sebuah toko buku ternama di Jakarta. Aku memilih beberapa novel untuk kubeli.
Sempat aku meminta pendapatmu yang mana yang harus aku pilih. Kau mengatakan
akan membelikan beberapa novel untuk kekasihmu. Entah kenapa, setiap Kau
bercerita mengenai kekasihmu Aku tidak menyukainya. Perasaan apa ini. Setelah dari
toko buku, kami melanjutkan berbincang sejenak ke sebuah tempat makan. Pukul 4
sore kita pulang.
Malam harinya, Kau mengirim sebuah
pesan singkat kepadaku. Kau bercerita seputar hubunganmu dengan kekasihmu yang
akhir-akhir ini sedang tidak baik. Aku memberikan beberapa saran. Aku merasa
nyaman berbalas pesan singkat denganmu. Setiap hari, Kau rajin sekali untuk
mengirim sebuah pesan singkat hanya untuk menanyakan kegiatanku.
Sampai suatu saat, aku mendengar
dari Dia bahwa hubunganmu dengan kekasihmu berakhir. Sebagai tanda kepedulianku
terhadap seorang teman, aku turut sedih dengan hal ini. Apalagi kalian telah
menjalin hubungan lebih dari satu tahun. Beberapa saran Aku berikan kepadamu
agar Kau menjadi lebih baik. Beberapa pesan singkat yang sampai sekarang masih
aku simpan di telepon genggamku. Cinta layaknya sebuah sapu tangan, menyekah
keringat kita di kala lelah, menutup luka kita dikala terluka, menghapus air
mata dikala sedih. Aku menyukai pendapatmu. Kau membalasnya kembali, Cinta
layaknya bunga J
mekar di musim semi, layu di musim gugur, hilang di musim panas, lenyap di
musim dingin dan akan tumbuh lagi di musim semi selanjutnya. Sampai larut malam
kita berbalas pesan singkat.
Esok adalah hari libur. Seperti
biasanya, aku pergi bermain bersama sahabat-sahabatku. Aku bersama sahabatku
bermain di rumah Dia. Saat Aku sedang asik bergelut dengan laptopnya mencari
beberapa gambar, ternyata Dia membuka
pesan singkat di telepon genggamku. Dia membaca saat Kau mengirimkan, “Ngapain
ngarepin yang gak pasti kalo di depan mata ada yang pasti.” Aku memang tidak
begitu mengerti maksud pesan singkat yang Kau kirimkan itu. ternyata Dia
mengetahui apa maksudku. Mulai hari itu, sikapnya berubah terhadapku. Entah apa
yang terjadi. Malam harinya, Kau mengirimkan pesan singkat seperti biasanya.
Namun, ternyata kali ini, kau berkata bahwa kau menyukaiku. Saat itu aku
mengirimkan sebuah pesan singkat kepadanya. Ternyata di luar dugaanku. Dia
bercerita kepadaku bahwa Kau menyukaiku dan akan segera memintaku untuk menjadi
kekasihmu. Benar-benar tak pernah Aku duga. Sebenarnya, dari awal Aku bertemu
denganmu diam-diam Aku menyukaimu. Namun, aku tahu sahabatku pun menyukaimu.
Entah apa yang harus aku lakukan saat itu.
Orang yang sukai, menyukai Aku.
Di sekolah ak bertemu dengannya.
Kami duduk sebangku. Sikapnya terlihat aneh saat itu. Sangat berbeda dari
biasanya. Biasanya kami tertawa lepas bersama, bercerita seputar kisah cinta
kami yang sangat konyol. Melihat perubahan sikapnya, aku langsung bertanya. Aku
tidak menyukai menghadapi masalah yang berlarut-larut apalagi bersama sahabat.
“Kau kenapa ? Kau marah dengan masalah yang semalam ? Cerita kepadaku.” Dia
hanya menjawab dengan jawaban yang sama sekali tidak aku sukai, “Aku gak
kenapa-kenapa. Sudahlah malas untuk membahasnya.” Seharian kami tidak mengobrol
seperti biasanya. Bel istirahat berbunyi, Dia langsung meninggalkanku tanpa
mengucapkan sepatah katapun seperti yang biasanya Dia lakukan.
Malam harinya Dia mengirimkan sebuah
pesan singkat. Kau menyindirku dengan berbagai kata-kata halus. Aku tidak tahan
dengan keadaan seperti ini. Persahabatan yang telah lama dibangun, runtuh
begitu saja hanya karena seorang lelaki ? Lagipula Dia telah memiliki
kekasihnya dan mereka saling menyayangi. Aku membalasnya dengan menyindirnya
kembali. Aku malas meladeninya. Telepon genggamku Aku biarkan menyala
memberitahukan ada pesan yang masuk.
Keesokan harinya, Aku bercerita
mengenai masalah ini kepada sahabatku yang aku kenal dari kelas tujuh dahulu
yang saat ini sekelas denganku. Ternyata Dia juga bercerita mengenai masalah
ini dengan sahabatnya yang biasa Aku panggil dengan sebutan ‘kakak’. “Mungkin
dia hanya butuh waktu. Lagipula, Dia sudah memiliki kekasihnya. Pasti lama-lama
semua akan kembali seperti semula,” sahabatku coba untuk menenangkanku.
Sahabatku yang satu ini memang tempat curhatku jika ada masalah. Tubuhnya
gendut, cantik, dan dia juga memiliki kisah cinta yang tragis. “Coba kau
bicarakan masalah ini baik-baik dengannya,” timpa sahabatku yang kedua.
Sahabatku kali ini memiliki perawakan tubuh yang tinggi, rambut agak keriting,
dan dia pernah tinggal di Papua. Maka Aku sering memanggilnya ‘Papua’. Sejak
kelas tujuh Aku memiliki beberapa sahabat dekat yang menamakan diri kami ‘4
Sekawan’ yang terdiri Aku, Si Gendut, Papua, dan satu orang lagi yang biasa
kami panggil ‘Ocan’ Ocan=Oma Cantik. Kembali ke masalahku. Aku menjawabnya
dengan lemas, “Aku sudah membicarakan masalah ini dengannya. Tapi, kalian tahu
bagaimana sifatnya. Dia lebih suka menyembunyikan perasaannya. Berbeda denganku
yang apabila mendapat masalah langsung ingin menyelesaikannya. Percuma
sahabatan 9 tahun masalah kayak gini aja kami harus perang dingin seperti ini.”
Sahabatku yang gendut berkata, “Ini cobaannya. Harus bisa ngadepin cobaan kayak
apapun. Jangan nyerah.” Sahabatku yang satu ini memang orang yang sangat dekat
denganku. Ia yang paling mengetahui sifatku.
Hari itu hari Rabu, 2 November 2011
pukul 18:27 Kau menyatakan perasaanmu kepadaku. Kau memintaku untuk menjadi
kekasihmu. Si gendut pernah berkata, “Jangan pernah bohongin diri sendiri jika
kita memang menyukai seseorang. Kesempatan tidak akan datang untuk kedua
kalinya.” Aku menjawab, “Aku bersedia untuk menjadi kekasihmu.” Label menjadi
kekasihmu telah melekat kepadaku. Aku memberitahukan berita ini kepada
sahabat-sahabat dekatku, termask Dia. Aku ingin dia mengetahuinya agar Dia
tidak mengetahui hal ini dari orang lain yang mungkin akan menambah sakit
hatinya. Aku telah mengetahui jawaban apa yang akan Aku terima darinya. Dia
mengucapkan selamat dengan nada yang sama sekali tak menyenangkan. Dia
beralasan dia sedang sakit karena kehujanan dan kami pun menyudahi perbincangan
itu. Aku memberitahu masalah ini kepadamu. Ternyata sikapnya juga berubah
kepadamu setelah Kau memberitahukan Kau menyukaiku.
Esok harinya saat bertemu di
sekolah, Aku berbincang dengannya. Aku mengajukan beberapa pertanyaan. “Apa aku
salah mengambil keputusan ini ? Apa maumu ? Kau sudah memiliki kekasih. Apa aku
salah ? Kau pun tidak boleh egois. Jawab aku apa yang harus aku lakukan ?” Kau
menghela nafas sejenak, “Kau tidak salah. Aku yang terlalu egois. Aku juga
tidak ingin melihatmu selalu bersedih mengenang semua masa lalumu bersama
lelaki itu,” jawabnya sembari tersenyum kepadaku. “Benar ? Aku tak ingin
persahabatan kita selama 9 tahun hancur hanya karena masalah seorang lelaki.
Aku bisa saja memutskannya. Bagaimanapun sahabat lebih penting daripada seorang
kekasih, untukku,” tanyaku memastikan. “Tak perlu. Sudahlah semua yang kau
lakukan itu yang benar. Mungkin aku hanya butuh waktu untuk ini,” tegasnya
sambil kembali tersenyum kepadaku.
Kini persahabatanku pun kembali
seperti dahulu. Aku pun bahagia memiliki seorang sahabat dan kekasih yang
berada di sampingku. Bahkan sering kali kami pergi bersama, Aku, Kau, Dia, dan
sahabatnya. Bagiku, memiliki seorang kekasih adalah sebuah anugerah. Sempat aku
berpikir bahwa cinta itu tak pernah ada lagi semenjak lelaki itu pergi. Namun,
cinta masih ada bagi orang yang masih mau bertahan. Cinta masih ada bagi orang
yang masih mau menunggu kapan cinta datang. Cinta tak perlu dikejar, cukup kita
berdiam di sebuah tempat, maka suatu saat keajaiban yang bernama cinta akan
datang. Menyambut dan membawa kita pergi bersamanya. Memiliki seorang sahabat
sepertimu bagik adalah sebuah anugerah terindah. Anugerah yang pernah diberikan
Tuhan. Satu dari beberapa anugerah indah itu. Sahabat adalah orang kedua dari
diriku. Sahabat adalah orang yang selalu ada untukku. Ketika aku berduka,
tertawa, bahagia, ataupun menangis. Sahabat akan selalu menerima kita kembali
meskipun kadang kita sering mencampakkannya. Sahabat akan kembali mendengarkan
semua keluh kesah kita. Menyediakan bahu tempat kita menangis kapanpun kita
mau.
Apabila
ada sebuah masalah yang kita hadapi antara sahabat dan cinta. Aku sarankan
pilihlah sahabat itu. Mungkin, cinta dan sahabat itu adalah sebuah pilihan yang
sulit. Namun, percayalah jika kalian memilih seorang sahabat maka kelak kalian
akan mendapatkan sebuah kebahagiaan. Cinta bisa datang kapan saja bahkan pergi
kapan saja. Namun, sahabat bisa datang kapan saja bahkan saat kita sangat
terpuruk, tapi tidak akan pergi sampai kapanpun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar