Senin, 15 Agustus 2011

Inilah Kisah Kami

kisah seorang pramunia


JERITAN HATI SEORANG PRAMUNIA
Kutapaki hidup penuh dusta
Kuratapi hidup penuh nista

Kembali kupandangi diri
Yang dipenuhi dengan segala benci

Ah… mungkin hanya gunjingan manusia berdosa
Yang tak pernah tahu sesungguhnya dosa

Kukembalikan diriku ini pada-MU
Untuk kembali ke jalan-MU

Tapi, apatah mungkin Kau terima kukembali ?
Seperti manusia nan suci ?

Kata orang, hidupku penuh nista
Kata orang, hidupku penuh dosa

Aku memang seorang pramunia
Yang selalu bergelimang dengan dosa

Jikalau memang tau Kau maafkan dosaku
Panggilkan Izrail, dan cabut nyawaku

Untuk apa aku hidup di dunia
Jika hidup hanya bergelimang dengan dosa

Hidupku hanya menumpuk banyak dosa
Tanpa ada sedikitpun pahala

Akhiri hidupku saat ini, wahai Tuhan
Untuk apa jikalau hidup hanya untuk digunjing orang ?

Ku akhiri lembar kelam dalam hidupku
Hanya dengan meratapi nasibku

18 Maret 2011
Karya : Bunga Fitria Samba







TERMANGU AKU DI SINI


Hampa menelanjangiku
Gelisah menghantuiku
Saat aku melihat ibu terbujur kaku
Hanya tinggal raga yang tersisa
Entah jiwa kemana perginya
Kemana pula perginya air mata ini ?
Hingga tak dapat untuk sekedar menggenangi pipi
‘Tuk menangisi ibu yang tlah pergi
Meninggalkanku sendiri di sini
Hanya satu dalam benak ini
Kapan ajal akan menjemputku ?
Tuk temani ibu di pangkuan-MU

Beberapa jam telah berlalu
Setelah ibu kembali ke pangkuan-MU

Malam terasa mencekik
Gelisah pun kembali menghantuiku
Aku dicekam malam gulita nan sepi
Dihantam gelisah dan gundah

Tidak terasa butiran mutiara berjatuhan
Namun tetap aku biarkan
Saatku ingat kembali masa lalu
Ketika ibu duduk di sampingku
Membelai rambutku
Menatapku dengan segala cintanya
Berbagi kisah tentang gelisahnya
Berbagi tawa tuk sekedar menghiburnya

Entah apa yang terjadi
Mentari pagi tlah bersinar
Burung seolah menyadari
Akan mimpi buruk yang kualami

Aku bergegas untuk segera sholat
Meminta pada Tuhan
Tuk sekedar mendapat safaat
Ku angkat kedua tangan
Dan kuharap tuk mendapat penerangan

Saatku melangkah menyusuri pekarangan
Ku lihat tetangga berbisik
Berpicing matalah mereka padaku
Menghujam dengan segala dosa

Kukuatkan iman dan segenap jiwa
Dan lapisi hati ini dengan tameng baja
Dan kucoba tuk kembangkan senyum di bibir

Namun… entah apa yang terjadi
Mereka kembali menghujamku
dengan segala nista dan dosa
Ku coba tegar
Ku coba sabar

Namaun… runtuhlah semua pelapis ini
Aku berlari dengan kebuntuan senyuman
Hanya suatu garis kabur yang bisa kutuliskan
Dalam jiwa dan raga

Do’a kembali kupanjat
“Tuhan, apa aku pantas untuk disalahkan ?
Apa pula ibu pantas tuk disalahkan
Mungkin ia memang perempuan hina
Yang selalu berlumur dengan dosa
Tapi lihat dalam hatinya, Tuhan …
Lihat pula jiwanya …
Lihat kebesaran hatinya
Ia malaikat tak bersayap, wahai sang Khalik
Sekali malu, hina yang ia dapat
Tapi tak pernah sekalipun ia pedulikan

Aku mohon, ya Rob
Leburkan apa yang tlah ia perbuat
Ampuni atas segala dosa
Ampuni atas segala dusta

Biarkan ia nikmati surga, Tuhan …
Berbaur dengan bidadari tanpa dosa
Biarkan ia, Tuhan biarkan…
Walau setiap jamnya ia berlimang dosa
Meski ia seorang pramunia
Biarkan ia bahagia di sana
Ku mohon, Tuhan …

Tuhan, kabulkan do’aku
Cintai ia seperti ia mencintaiku
Manjakan ia seperti ia membuaiku
Naungi ia seperti ia melindungiku

Saban malam aku hanya termangu
Tak kuasa tuk menatap seorang manusia
Hanya bulan dan bitang yang menemaiku
Sendiri lewati malam yang kelam
Tanpa seorang bidadari di sampingku

8, Maret 2011

karya : Bunga Fitria Samba